A. KHALIFAH-KHALIFAH ABASIYAH
YANG TERKENAL
Dari 37 khalifah Abasiyah yang memerintah terdapat
beberapa khalifah yang
terkenal diantaranya;
1. Abu
Jakfar Al Mansur
Beliau
di kenal sebagai khalifah yang
cerdas dan tegas. Dialah
yang menetapkan tujuh
kebijakan khalifah yang menjadi pedoman pemerintahan bani Abasiyah. Tujuh kebijakan ini
di analisa oleh
para ahli sejarah bahwa, penyokong, pendorong
dan mampuh memberi motivasi besar
dalam perkembangan ilmu
pengetahuan di bani Abasiyah. Pada masa pemerintahan Abu Ja’far kerajaan
besar di selat
Bosporus dapat di taklukan
oleh pasukan Islam dan Ratu
Irene sebgai penguasa
wilayah itu takluk dan
membayar upeti yang
banyak pada Abu Ja’far al Mansur . Ratu
Irene harus membayar
mahal pada kekalahannya
tersebut. Ratu harus menjual
beberapa gereja hanya untuk mendapatkan emas ntuk
bayar kepada khalifah Abu Ja’far
Ulama besar Ibnu Tabatiba tentag
kehidupan al Mansur adalah,” al
Mansur seoang raja yang agung,
tegas dan bijaksana, alim, berfikir cerdas, pemeintahannya rafi, amat
disegani oleh rakyat
dan baik budi pekertnya, Ibnu
Tabatabi mengutip kata-kata Yazid bin Umara bin Hubairah mengenai al Mansur:
aku tidak pernah menjumpai seorang
laki-laki dimasa perang atau damai
yang siap siaga, lebih bijak dan
sadar dari pada al Mansur”
2. Harun Al Rasyid
Lahir
di kota kecil Raiyi pada tahun 145 H = 767 M. Ibunya seorang hamba yang
juga ibundanya al Hadi, ayahandanya
adalah al Mahdi khalifah ketiga Abasiyah yang memerintah selama 10
tahun. Harun adalah seorang halifah yang paling
dihormati , alim dan
sangat di muliakan sepanjang usia
menjadi khalifah. Pada waktu
melaksanakan ibadah haji, beliau
bersembahyang seratus rakaat
seiap hari dan pergi menunaikan ibadah
haji dengan berjalan
kaki. Semua perbuatannya terutama
didalam bershadaqah sama
dengan al Mansur, beliau sangat
rahim dan pemurah behubungan
dengan harta benda yang
dimilikinya. Pemerintahan
khalifah Harun al Rasyid
adalah puncak keemasan bani
Abasiyah. Kota Bagdad sebagai
ibukota Negara telah mencapai puncak
kejayaannya pada masa itu.
Bukan khalifah saja
yang mendapatkan limpahan harta
kekyaan dari kejayaan
itu, akan tetapi
semua pembesar istanah
sepeti pegawai-pegawai
pemerintah, panglima-panglima
tentara dan para pekerja
istanah lainnya. Di dalam kota Bagdad di bangun taman-taman kota yang indah, saluran –saluran air yang jalan lancar.
Dizaman Harun al Rayid itu
juga Baitul Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan
yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin. Khalifah
Harun al Rasyid menjadikan program social
tersebut di atas sebagai tugas
dan tanggung jawab
Baitu Mal. Salah satu
pogram Harun al Rasyid
yang membuat beliau
terkenal adalah dengan mendirikannya, Baitul Hikmah yang merupakan sebuah instutisi kebdayaan dan
fikiran cemerlang pada zaman
itu. Lembga intitusi kebudayaan terbesar dan terlengkap ini
menjadi rujuan para pelajar
eropa yang belajar dari Islam, kemudian
kembali ke eropa mereka
kembangan menjadi lembaga-lembaga
kajian yang menjadi perintis jalan menuju masa Renaisance dan Industialisasi di eropa abad ke 17.
3. Al Makmum
Khaliafah al Makmum
berkuasa tahun 198H-218H,
dia dilahirkan dari seorang ibu hamba sahaya bernama Marajil. Dia
di lahirkan enam bulan lebih dahulu
dari saudara sebapak al
Amin. Sifat –sifat beliau yang
sangat menonjol diantaranya
pemaaf, beliau memaafkan peberontak
Fadhli bin ar Rabi’yah yang
telah menghasut komplotan
penjahat menentang dirinya. Beliau juga
memaafkan Ibrahim bin al Mahdi
yang telah melantik dirinya sebagai khalifah di
Bagdad pada waktu itu khalifah al Mamum sedang di luar
kota Bagdad. Walaupu
saudara-saudara al Makmum
menghendaki Ibrahi di bunuh
akan tetapi khalifah al
Makmum tetap berisikera
untk memaafkan Ibrahim. Khalifah
al Makmum termasuk khalifah yang memerintah pada saat masa keemasan
Abasiyah, beliau juga seorang
pencinta ilmu dan pemerhati
masalah social seperti
bapaknya Harun al Rasyid.
4. Al Muktasim
Nama
aslinya adalah Abu Ishak Muhammad al Muktahim lahir tahun 187 H dan memerinah tahun 467 -487
M, beliau dibesarkan dalam suasana
ketentaraan. Pada masa
khalifah al Makmum pendahulunya al Muktshim merupakan tangan kannnya bagi
menyelesaikan kesulitan dan memimpn
peperangan. Karena sikap keberanian dan tegas
itulah maka khalifah al
Makmum kakaknya melantiknya sebagai putra mahkota. Al Muktashim menjadi khalifah
setelah kakaknya al Makmum wafat. Al Muktasim memerintah pada masa Abasiyah
masih mengalami kejayaan
peradaban ilmu pengetahuan, beliau
juga terkenal sebagai pencnta ilmu
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Kebijakan Khalifah Bani
Abasiyah
Khalifah Abu
Ja’far al Mansur, khalifah ke dua
dari pemerintahan bani Abasiyah menetapkan
tujuh kebijakan pemerintahan Abasiyah sebagai kontrol pemerintahan. Dan
tujuh
kebijakan ini telah menjadi pedoman bagi 9 khalifah Abasiyah pada
fase pertama dalam menjalankan pmerintahannya, meskipun mereka
tidak melaksanakannya secara
utuh tujuh kebijakan tersebut.
Kebijakan tersebut adalah;
1. Memindahkan pusat
kekuasaan bani Abasiyah dari
Hasyimiyah ke Bagdad
2. Kota Bagdad sebagai pusat
kekuasaan Abasiyah di buka menjadi kota
pintu terbuka untuk semua peradaban
dari berbagai bangsa masuk. Hal ini
dilakuan oleh para khalifah melihat pengalaman pola
pengembanga budaya dan
ilmu masa bani Umaiyah yang bersifat arab
oriyented, akibatnya adalah
budaya dan ilmu pengetahuan menjadi lambat berkembang.
3. Ilmu
pngetahuan di pandang
sabagai suatu yang sangat mulia dan berharga. Para
khalifah adalah orang-orang
yang sangat mencintai ilmu dan
membuka Kesempatan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
4. Rakyat di beri kebeban berfikir serta memperoleh
hak asasinya dalam segala bidang, Seperti;
aqidah, ibadah, filsafat, dan ilmu
pengetahuan.
5. Para menteri keturnn Persia di beri hak
penuh untuk menjalankan
pemerintahan Sehingga mereka
memegang peranan penting dalam memajuankebudayaan dan ilmuPengetahuan.
6. Berkat usaha khalifah Abasiyah
yang sungguh-sungguh dalam membangun ekonomi Islam, pemerinthan islam Abasiyah memiliki perbendaharaan harta
yang cukup melimpah di
baitul
maal hasil rampasan perang dari kemenngan perang.
7. Dalam pengemngan ilmu pengetahuan para khalifah
banyak yang mendukug perkembangan
ilmu penetahuan, sehingga anyak
buku-buku yang dikarang oleh ilmuan dalam lembaga-lembaga
ilmu penegtahan yang di bangun untuk memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam
menimbah ilmu pengetahuan
8. Masyarakat dapat
di bagi menjadi
dua kelompok besar :
Kelompok petama , kelompok khalifah, terdiri dari khalifah
dan keluarga, para pembesar dan pekerja yang bekerja
di istanah, mereka
di beri penginapan didalam wilayah istanah ( daarul
khalifah).
Kelompok kedua .yaitu kelompok
masyarakat umum yang terdiri
para guru, ulama, petani, buruh, filosof dan masyarakat
pada umumnya. Tujuan dari
pembagian menjadi dua kelompok
masyarakat dimaksud agar pembagian tugas menjadi jelas, bukan
justru untuk mebuat gep antara sesame masyarakat
islam atau antara masyarakat
Islam dengan masyarakat non
Islam, meskipun kenyataan dalam masyaraka terjadi dikotomi
dalam masyrakat Islam Abasiyah antara para
pemebesar dengan masyarakat umum
terjadi perbedaan kelas masyarakat..
Delapan kebijakan
khalifah Abasiyah tersebut
oleh para pakar
sejarah bahwa tujuh kebijakan khalifah itu mampuh meciptakan suasana
belajar yang kondusif, memotivasi masyarakat
Abasiyah untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan mampuh mebentuk budaya beajar dengan
sesungguhnya bagi masyarakat
Abasiyah pada umumnya.
Sumber : Buku SKI
XI Kurikulum 2013
No comments:
Post a Comment