1. Proses
Lahirnya Abasiyah
Lahirnya
bani Abasiyah tahun 750 M, adalah
peran besar dari keturunan Hasyim yang bernama
Abu Abbas. Nama Abasiyah yang
dipakai untuk nama bani
ini adalah di ambil dari nama bapak pendiri Abasiyah yaitu Abas
bin Abdul Mutalib paman Nabi Muhammad Saw. Proses
lahirnya Abasiyah di mulai dari kemenangan Abu Abas Assafah dalam sebuah perang terbuka (al Zab) melawan khalifah bani Umaiyah
khalifah yang
terahir yaitu Marwan bin
Muhammad. Abu Abbas diberi gelar
assafah oleh sejarah karena dia
pemberani dan dia mampuh
memainakan mata pedangnya kepada
lawan politiknya.
Semua lawan poletiknya di perangi
dan di kejar-kejar, diusir
keluar dari wilayah
kekuasaan Abasiyah yang baru yang baru direbut dari
bani Umaiyah 1. Berdiri bani
Abasiyah tahun 750 M berarti secara
formal semua wilayah
kekuasaan Islam berada dibawah pemerintaan Abasiyah termasuk semua bekas
wilayah bani Umaiyah 1 kecuali wilayah bani Umaiyah yang
ada di Andaluia.
Proses pengembangan peradaban yang
di bangun oleh bani Abasiyah
begitu cepat membawah perubahan besar bagi perkembangan peradaban ilmu
pengetahuan selanjutnya. Bediri bani
Abasiyah selama 505 tahun di perintah oleh 37 khalifah dengan mampuh
menciptakan peradaban yang menjadi
kiblat dunia pada saat itu, perdaban yang di kenang sepanjang
masa, dulu, sekarang dan akan
datang . Pada waktu itu suasana
belajar yang kondusif, fasilitas
belejar di sediakan pemerintah dengan lengkap. Motivasi belajar menjadi penyogok gairahnya masyarakat
untuk belajar. Mereka myarakat mendatangi tempat-tempat belajar seperti kuttab,
madrasah maupun perguruan tinggi seperti
universitas. Universitas
yang terkenal pada saat
itu adalah Nizamiyah yang di bangun
oleh perdana mentri Nizamul Muluk dari khalifah
Harun al Rasyid. Khalifah Harun
al Rasyid terkenal sebagai khalifah
yang sangat cinta
pada ilmu pengetahuan, baik belajar maupun dalam
hal membangun fasiitas belajar seeperti; sekolah, perpustakaan, menyediakan guru dan
membentuk gerakan terjemahan.
Abu Abas assafah sebagai pendiri bani Abasiyah masa kepemimpnannya sangat singkat, hanya 4
tahun beliau memerintah akan
tetapi mampuh menciptkan suasana dan
kondisi Abasiyah yang seteril dari keturunan bani Umaiyah sebagai lawan poletik yang baru di kalahkan dan dikuasainya. Sikap tegas dan
berani yang ditunjukan oleh
khalifah Abu Abas assafah ketika membuat kebijakan pada saat berdirinya bani
Abasiyah dengan berani memberantas semua keturunan Umaiyah dari wilayah yang dikuasainya.
Dampak dari kebijakan tersebut dapat
di lihat dari suasana pusat
wilayah Abasiyah yang baru menjadi konisif dan perkembangan peradaban dapat
dikendalikan oleh halifah Abu Abas assafah.
Keberhasilan Abu Abas untuk menaklukan daulah
Umaiyah 1 ternyata mendapat
dukungan besar dari beberapa tantara bayaran yang
senaja di datangkan oleh Abu Abas, seperti Abu Muslim al
khurasany. Abu Muslim adalah relawan berkebangsaan Persia yang sengaja
di sewa oleh keluarga Abasiyah untuk membntu menaklukan
kekuasaan bani Umaiyah 1
2. Fase- Fase Pemerintahan Bani
Abasiyah
Pemerintahan
bani Abasiyah yang berlangsung selama 505 tahu diperintah oleh 14 Khalifah
dapat diklasifikasi menjadi 5
fase pemerintahan :
a.
Fase Pembentukan tahun 750M -847M = 132H-232 H
Disebut pengaruh Persia pertama yaitu berlanjut dari
kekuasaan khalifah pertama
Abu Abbas assafah tahun 750 M =132
H sampai khalifah ke 9 (al Wastiq ) tahun 847 M = 232 H.
Abu Abbas assafah dan Abu Ja’far al
Mansur khalifah pertama dan kedua diebut sebagai peletak pondasi yang
kuat. Abu Abbas dengan sikap tegas dan beraninya mampuh
mengusir paksa semua
bekas keturunan Muawiyah dari
wilayah yang baru di rebutnya
dari kekuasaan bani Umaiyah ,
sehingga wilayah Islam Abasiyah
pada saat itu menjadi aman
dan kondusif. Sedangkan khalifah Abu Ja’far al
Mansur dikenal sebagai penerus
kebijakan khalifah pertama dengan
merintis berdirinya,baitul hikmah ( pepustakaan). Abu
Ja’far juga yang
membuat kebijakan memindahkan ibu kota
Abasiyah dari Damaskus ke wilayah
yang lebih luas dan jauh
dari pengaruh bani Umiyah
1 yaitu Baghdad di wilayah
Persia.
Khalifah Harun
al Rasyid khlifahah ke 5 membangun peradaban ilmu pengetahua dengan menyediakan
berbagai fasilitas pendidikan
bagi masyarakat luas, mahasiswa, ulama atau para
para pencinta ilmu
pegetahuan. Harun al Rasyid membangun lembaga-lembaga pendidikan
seperti kuttab, madrasah dan perguruan tinggi seperti Universitas Nizamiah, Universitas
Naisabur dan lain sebagainya. Mahasiswa,
Ulama, Guru dan pemerhati ilmu
pengetahuan yang ingin talabul ilmu
(belajar) dibayar oleh pemerintah dan disedikan tempat penginapan
di dalam baitul hikmah yang di
bangun dengan diameter yang
sangat luas. Tercata ada 3
khalifah yang berkuasa pada
masa puncak dan kegemilagan peradaban
islam ini. Pada masa ini para
pencari ilmu dari Eropa datang
dari wilayah Inggis
dan Prancis untuk takabul ilmu dari Islam, mereka datang ke Andalusia seperti kota di Toledo University, Sevilla
Unversity, Granada University dan
Kordova University. Di Abasiyah mereka datangi Nizamiyah University, Sammara
University, Naisabury University. Mereka
para pelajar dari Eropa itu belajar sambil mengamati suasana
perkembangan ilmu pengetahuan seperti
penulisan ilmu pengetahuan oleh ulama-ulama
Islam, dan lembaga lembaga ilmu
pengetahuan terutama baitul hikmah
yang didirikan hampir di
semuah kota-kota kekuasaan Abasiyah. Selesai dari belajar
di kota-kota Islam mereka kembali kemudian mengembangakan
ilmu dan pengalaman belajar di
kota-kota Islam dengan
mendirikan lembaga pengjian
yang di
beri nama House of Wisdom di
Inggris dan Prancis.
Kegiatan belajar yang menjol lainnnya adalah
penerjemahan buku-buku filsafat Yunani dan buku-buku asing, dengan cara menyewa para ahli-ahli bahasa yang beragama Kristen dan penganut agama lainnya. Fase ini
kegiatan social juga di kembangkan oleh khalifah Harun al Rasyid sebagai wujud
kepeduian sosia bani Abasiyah . Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan
farmasi didirikan. Di kota Bagdad
pada saat itu telah tersedia paling
sedikit 800 oragn dokterdi . Permandian –permandian umum juga
dibangun sebagai sarana umum di
sediakan bang masyarakat yang kurang mampuh untuk mempergunakan fasiitas-fasilitas tersebut
secara bebas.
Fase ini di sebut
dengn pengaruh Persia
karena beberapa khalifah
yang berkuasa berkebangsaan Persia, sepeti al Amin dan al Makmum putra
dari Harun al Rasyid ibunya orang Persia dan beberapa khalifah lainnnya.
Meskipun pada fase ini khalifah al Muktasim
mulai memberi peluang kepda bangsa Turki untuk berkiprah dalam pemerintahan
Abasiyah sebagai tentara pengawal khalifah dan
pengawal istanah.
b.
Fase
kedua Tahun 232 H – 334 H = 847 M – 945 M
Fase kedua
ini di kenak dengan pengaruh kekuasaan Turki pertama
Fase ini di mulai dari khalifah
ke sepuluh Al Mutawakkil. Pada fase ini
perkembaangan peradaban masih bisa
berkembang akan tetpi
tidak sepesat sepesati fase sebelumnya. Peradaban ilmu dan peradaban
lainnya, seperti membanguun istanah, mesjid, dan
kota masih tetap berjalan baik. Baru pada ahir
abad ke 9 pada saat di
wilayah Islam yang begitu
luas terjadi disintegrasi atau pecahnya kekuasaan Islam menjadi wilayah-wilayah kecil yang lepas
dan merdeka dari pemerintahan Abasiyah sebagai pusat
pemerintahan Islam, pada waktu itu proses pengembangan peradaban
mulai menurun, tetapi para pelajar
dari eropa masih berbondong-bondong belajar di pusat-pusat
peradaban baik di Bagdad maupun di kota-kota
di Andalusi. Dalam hitungan para
pakar sejarah, bahwa masa ini masih
masuk dalam masa kejayaan peradaban Islam. Fase ini banyak pembesar istanah berasal dari bangsa Turki, terutama
yang bekerja sebabai pengawal istanah
dan pengawal khalifah
c.
Fase
ketiga tahun 334 H -447 H = 945 -1055 M
Fase pengaruh dinasti Buwaihi atau di sebut juga
pengaruh Persia kedua ini dikenal dengan
masa disintegrasi di
kekuasaan dinasti Abasiyah dan Mulukt Tawaif di
dinasti Umaiyah 2 Andalusia. Wilayah -
wilayah jauh Abasiyah seperti
di Afrika Utara, dan di
India minta merdeka
dari Abasiyah. Tuluniyah dan Fatimiyah
di Mesir, serta Idrisi di Maroko
dan Sabaktakim di India mengumumkan
merdeka dan lepas
dari kekuasaan Pusat Abaiyah.
Pada fase ini perkembangan ilmu masih berjalan meskipu sudah menurun.
Mahasiswa dari eropa
tetap masih belajar di
pusat pusat peradan Islam baik
Di
Bagdad maupun di Andalusia
masih di
ramaikan dengan kegiatan belajar
mengajar. Karya karya monumental dari
Muhammad al khawarizmi, al
gibra= al jabar dalam bidang
matematika dan logaritma
serta karya ad Dawa, al Qonun fil Tbb, asy
syifa dari ilmuan Umaiyah Andalusia seperti Ibnu Sina, Ibnu Zuhr mash menjadi idola para
pelajar eropa untuk mempelajarinya.
d.
Fase
keempat tahun 447H -590H =tahun 1055M – 1194 M
Dalam sejarah
fase keempat ini disebut degan fase kekuasaan bani Saljuk atau dalam sejarah sering
juga di sebut juga dengan nama fase pengaruh Turki kedua.
Kegiatan ilmu pengetahuan masih berjalan
yang di kebangkan oleh bani Abasiyah dan Umaiyah Andalusia, meskipun bersifat konserfativ
atau berjalan di
tempat. Diwilayah Islam seprti
Mesir telah berkobar perang salib mengahadapi kaum
nasrani yang berlansung selama
2 abad. Menarik untuk
dicermati dalam sejarah bahwa, orang-orang
nasrani pada waktu itu selain
berperang dengan umat Islam
dalam perang salib, mereka
juga belajar di universitas-universitas Islam yang masih bertahan dengan proses belajar mengajar.
e.
Fase
kelima tahun 590H -656H = tahun 1194M-
1258M
Fase ini di kenal
dalam sejarah perkembangan Islam sebagai fase lemah sampai
fase hancurnya kekuasaan Islam
Abasiyah. Setelah terjadi disintegras dan perang salib
dalam wilayah Islam, maka kekuasaan Islam Abasiyah di Bagdad maupun
kekuasaan Umaiyah 2 Analusia semakin
meurun. Bahkan pada tahun 1258 M Abasiyah di serang dan di
bombarbir oleh kekuasaan Mongol
dengan membakar sekian banyak fasilitas ilmu pengetahuan serta membakar mati para ilmuan Islam Abasiyah dengan
cara membakar perpustakaan, sekolah-sekolah serta membakar fasilitas-fasiitas umum sampai. Serta pusat
Peradaban Islam yang ada di wilayah Andalusia di serang
dan dihancurkan oleh
dua kerajaan nasrani Aragon dan Castelia, maka lengkaplah kehancuran Islam
pada fase ini. Kondis
peradaban islam di Bagdad pada saat
itu hancur lebur, dua sungai
yang besar yang membela kota
Bagdad, Trigis dan Eufhart
hitam beberapa bulan lantara dibuangnya
abu pembakaran peradaban
itu ke dua sungai
terebut. Setelah kejadian
tragis itu maka kekuasaan Islam yang
selama 5 Aabad lebih membangun peradaban dengan
susah payah, telah takluk dan
hancur binasa, suramlah peradaban
Islam, lesuhlah wajah peradaban Islam dan berahirlah kegemerlapan peradaban Islam.
Sumber : Buku SKI
XI Kurikulum 2013
No comments:
Post a Comment